Apakah
hikmah yang dapat kamu ambil dari fenomena makhluk Allah yang telah
diciptakannya berpasang-pasangan? Salah satunya adalah bahwa makhluk tidak akan
sanggup hidup sendiri. Mereka pasti membutuhkan orang lain untuk membantu atau
melengkapi keberadaan dirinya. Demikian juga dengan adanya orang kaya dan orang
miskin. Kita saling membutuhkan satu sama lain meskipunterkadang kita tidak
menyadarinya. Kaya ataupun miskin adalah sebuah peluang untuk melaksanakan amal
saleh sebanyak-banyaknya menuju ridha Allah SWT
Manusia
sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik.
Kebutuhan itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk
mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung. Manusia sebagai
makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup seorang diri. Manusia pasti memerlukan
kawan atau orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu saling hormat
menghormati, tolong menolong dan saling membantu dan tidak boleh saling
menghina, menzalimi, dan merugikan orang lain
Dalam
upaya menanamkan kepekaan untuk saling tolong menolong, kita dapat mebiasakan
diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh
meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada fakir miskin, orang tua
dan jompo, mengangkat anak asuh, memberi bantuan kepada orang yang sedang
menuntut ilmu, membangun sarana umum (jalan), serta mencari upaya mengentaskan
kemiskinan yang ada di masyarakat
A. Al Qur’an surat Al-Isra’ ayat
26-27.
1.
Bacaan Lihat Al-Qur.an terjemahannya
Artinya
: “(26) Dan Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghamburkan (hartamu) dengan boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada
tuhannya.” (QS Al Isra : 26-27)
2. Isi Kandungan
Pada
ayat 26, dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat dan menampakkan kasih
sayang, cinta, dan rahmat kepada kedua orang tua, kita pun hendaknya memberi
bantuan kepada keluarga yang dekat karena mereka yang paling utama dan berhak
untuk ditolong. Mereka patut mendapat bantuan hidup di tengah keluarga terdekat
yang mampu karena pertalian darah. Mereka pasti ada yang hidup lebih
berkecukupan dan ada yang kekurangan sehingga kita sebagai keluarga harus
saling membantu.
Allah
memerintahkan manusia untuk berbakti dan berbuat baik tidak hanya kepada orang
tua saja, namun masih harus berbakti kepada tiga golongan yang lain, yaitu:
- kepada
kaum kerabat
- kepada
orang miskin
- kepada
orang terlantar dalam perjalanan.
Pada
ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang boros.
Mereka dikatakan sebagai saudaranya setan. Orang yang boros bermakna orang yang
membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung manfaat berarti. Ada
sebuah hadis yang terkait dengan perbuatan mubazir (boros) ini, yakni yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar. Dia berkata bahwa rasulullah telah
melintas di tempat Saad sedang mengambil wudu, kemudian rasulullah menegur Saad
karena begitu boros. Lalu Saad menanyakan apakah di dlam wudu juga terdapat
boros (mubazir)
B. Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat
177.
1. Bacaan lihat Al-Qur,an terjemahannya.
Artinya:Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orangorang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqoroh:177)
2.
Isi Kandungannya
a. Tentang Kiblat dan
Keimanan
Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang
menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara
mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177).
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.)
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S.
2: 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada
Rasulullah SAW tentang “al-Bir” (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut di atas
(S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat
tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat
fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaha
illalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘Abduhu wa rasuluh”, kemudian meninggal di saat
ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahudi
menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum
Nashara mengarah ke timur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)
Orang
yahudi menganggap bahwa kiblat( tempat menghadap) itu ke barat sedangkan orang
Nashrani menganggap kiblat( tempat menghadap) itu ke Timur. Maka Allah
memberikan bimbingan bahwa menghadap kiblat adalah kepada apa diperintahkan
oleh Allah, Maka tatkala Allah perintah menghadap Baitul maqdis ( Palestina)
itulah kebajikan tetapi tatkala Allah perintahkan kiblat ke Masjidil Haram dan
itu pulalah kebajikan karena kesana Allah perintahkan. Itulah yang dimaksud
bahwa kebajikan itu berdasarkan Iman yang kepada Allah, Iman kepada Hari Akhir,
Iman kepada kepada kitab-kitab Allah dan Iman kepada Para Nabi-nabi.
b. Kepedulian social
Kita
diperintahkan oleh Allah untuk menyisihkan harta yang kita cintai itu, untuk
diberikan kepada kaum kirabat, dan kepada para yatim piatu, dan orang-orang
yang miskin dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.
c. Berbuat yang terpuji.
Ayat
itu menjelaskan kepada kita supaya kita sabar, menepati janji, berlaku adil,
berbuat baik dan sebagainya. Kebahagiaan itu adalah bila kita melaksanakan yang
diridoi oleh yang maha pencipta.
Ayat-ayat Al-Quran
Tentang Menyantuni kaum dhuafa
A. Surah
Al Isra 26-27
Dalam upaya
menanamkan kepekaan untuk saling tolong-menolong tersebut, kita dapat
membiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita
peroleh meskipun sedikit.
1. Asbabun Nuzul
Khusus pada
ayat 26-27 pada surah Al Isra ini memiliki asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh
At Tabrani yang bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri dan dalam riwayat ini oleh
Ibnu Marduwin yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat ini,
Rasululah SAW memberikan tanah di Fadak (tanah yang diperoleh Rasulullah dari
pembagian ganimah atau rampasan perang) kepada Fatimah
2. Bacaan
Surah Al Isra Ayat 26-27
(٢٦) وَءَاتِ ذَا
ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُ ۥ وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٲنَ ٱلشَّيَـٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورً۬ا (٢٧)
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٲنَ ٱلشَّيَـٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورً۬ا (٢٧)
Artinya :
(26) “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya ; kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menhamburkan
(hartamu) secara boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada tuhannya. “ (QS Al
Isra: 26-27)
3. Isi
Kandungan
Pada ayat 26, dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat, dan menanamkan kasih saying, cinta, dan rahmat kepada orang tua, ita pun hendaknya memberi bantuan kepada kaum keluarga yang dekat karena mereka paling utama dan berhak untuk ditolong.
Allah memrintahkan manusia untuk berbakti dan berbuat baik tidah hanya kepada orang tua saja, namun masih harus berbuat baik kepada tiga golongan lain,yaitu:
a. Kepada kaum kerabat
b. Kepada orang miskin
c. Kepada orang terlantar
Pada ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang boros. Mereka dikatakan sebagai saudara setan karena suka mengikuti dan sanagt penurut kepadanya. Orang yang boros bermakna orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung ketaatan.
B. Surah Al Baqarah Ayat 177
1. Asbabun Nuzul
Pada ayat 26, dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat, dan menanamkan kasih saying, cinta, dan rahmat kepada orang tua, ita pun hendaknya memberi bantuan kepada kaum keluarga yang dekat karena mereka paling utama dan berhak untuk ditolong.
Allah memrintahkan manusia untuk berbakti dan berbuat baik tidah hanya kepada orang tua saja, namun masih harus berbuat baik kepada tiga golongan lain,yaitu:
a. Kepada kaum kerabat
b. Kepada orang miskin
c. Kepada orang terlantar
Pada ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang boros. Mereka dikatakan sebagai saudara setan karena suka mengikuti dan sanagt penurut kepadanya. Orang yang boros bermakna orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung ketaatan.
B. Surah Al Baqarah Ayat 177
1. Asbabun Nuzul
Dalam suatu
riwayat oleh Abdurrazaq dari Ma’mar dan dari Qatadah serta riwayat Ibnu Abi
Hatim yang bersumber dari Abul aliyah menerangkan tentang kaum Yahudi yang
menganggap bahwa yang baik itu salat menghadap ke barat, sedangkan kaum Nasrani
mengarah ke timur sehingga turuklah Al Baqarah Ayat ini
2. Bacaan
Surah Al Baqarah Ayat 177
Artinya: “Bukanlah kebaikan-kebaikan itu menghadapkan ke wajah kamu kea rah timur dan barat, tetapi kebaikan itu adalah barang siapa yang beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang membutuhkan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta, dan membebaskan perbudakan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan orang-orang yanmg memenuhi janjinya bila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan,dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. “ (QS. Al Baqarah: 177)
Artinya: “Bukanlah kebaikan-kebaikan itu menghadapkan ke wajah kamu kea rah timur dan barat, tetapi kebaikan itu adalah barang siapa yang beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang membutuhkan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta, dan membebaskan perbudakan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan orang-orang yanmg memenuhi janjinya bila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan,dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. “ (QS. Al Baqarah: 177)
3. Isi Kandungan
Yang dimaksud
denagn kebaikan pada surah Al Baqarah Ayat 177 ini adalah beriman kepada Allah,
hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan senantiasa mewujudkan
keimanannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh-contoh dari perbuatan baik tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Memberi harta yang dicintainya kepada karib kerabat yang membutuhkannya.
b. Memberikan bantuan kepada anak yatim.
c. Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan.
d. Memberi harta kepada orang-orang yang terpaksa meminta-minta.
e. Memberikan harta untuk memerdekakan hamba sahaya.
f. Memjalankan ibadah yang telah diperintahkan Allah denagn penuh keikhlasan.
g. Menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah At Taubah Ayat 60.
h. Menepati janji bagi mereka yang mengadakan perjanjian.
Akan tetapi, terhadap janji yang bertentangan dengan hokum Allah
(syariat islam) seperti janji dalam perbuatan maksiat, maka janji itu tidak boleh (haram) dilakukan.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya denagn iman. Sebaliknya, amal saleh bila tidak didasari dengan iman (bukan karena Allah), maka dosa itu tidak bias ditebus dengan amal saleh sebesar apapun sehingga perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan tidaka akan bernilai (pahala) dan sia-sia. Al Quran dalam hal ini menyatakan sebagai berikut.
a. Orang yang mati dalam kekafiran akan dihapus amalannya.
b. Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya.
c. Amal perbuatan orang0orang kafir akan sia-sia.
d. Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat.
e. Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka.
f. Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan dunia saja.
C. Penerapan Sikap dan Perilaku
Contoh-contoh dari perbuatan baik tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Memberi harta yang dicintainya kepada karib kerabat yang membutuhkannya.
b. Memberikan bantuan kepada anak yatim.
c. Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan.
d. Memberi harta kepada orang-orang yang terpaksa meminta-minta.
e. Memberikan harta untuk memerdekakan hamba sahaya.
f. Memjalankan ibadah yang telah diperintahkan Allah denagn penuh keikhlasan.
g. Menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah At Taubah Ayat 60.
h. Menepati janji bagi mereka yang mengadakan perjanjian.
Akan tetapi, terhadap janji yang bertentangan dengan hokum Allah
(syariat islam) seperti janji dalam perbuatan maksiat, maka janji itu tidak boleh (haram) dilakukan.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya denagn iman. Sebaliknya, amal saleh bila tidak didasari dengan iman (bukan karena Allah), maka dosa itu tidak bias ditebus dengan amal saleh sebesar apapun sehingga perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan tidaka akan bernilai (pahala) dan sia-sia. Al Quran dalam hal ini menyatakan sebagai berikut.
a. Orang yang mati dalam kekafiran akan dihapus amalannya.
b. Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya.
c. Amal perbuatan orang0orang kafir akan sia-sia.
d. Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat.
e. Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka.
f. Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan dunia saja.
C. Penerapan Sikap dan Perilaku
Pencerminan
terhadap Surah Al Isra ayat 26-27 dan Al Baqarah Ayat 177 dapat melahirkan
perilaku,antara lain sebagai berikut.
1. Bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga.
2. Suka menabung dan tidak pernah berlaku boros meskipun memiliki banyak harta.
3. Menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu percuma.
4. Suka bersedekah, khusunya terhadap orang yang kekurangan dimulai dari keluarga dan tetangga terdekat.
5. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga.
2. Suka menabung dan tidak pernah berlaku boros meskipun memiliki banyak harta.
3. Menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu percuma.
4. Suka bersedekah, khusunya terhadap orang yang kekurangan dimulai dari keluarga dan tetangga terdekat.
5. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Perintah
Menyantuni Kaum Dhuafa
Dalam surah
Al-Isra’ Ayat 26-27
Artinya :
26. Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
27.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Kandungan
Surah Al-Isra’ Ayat 26-27
1. Allah Swt memerintahkan seorang
muslim memberikan hak kepada keluarga,
Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan.
2. Hak yang harus dilakukan seorang muslim
terhadap keluarga dekat, orang
miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah
mempererat tali
persaudaraan
dan hubungan kasih saying, serta membantu meringankan beban
penderitaan yang mereka alami.
3. Hak keluarga dekat misalnya
memperoleh penghormatan, kasih sayang, mengunjungi apabila tertimpa musibah,
dan ikut gembira ketika memperoleh nikmat.
4. Hak fakir miskin, misalnya
memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, dan membantu meringankan beban
penderitaannya.
5. Hak ibnu sabil/orang yang dalam
perjalanan dengan tujuan baik adalah memberikan bantuan dan pertolongan agar
tujuan mereka tercapai.
II. Arti Dari Menyantuni Kaum Duafa
Beserta
Orang Yang Pantas Diberi Santunan
Maksud
dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat
untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa)
atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban
muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu
digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan
bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau
sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang
diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan
terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan
mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu
insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin
itu gunakan.
Dan
menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api
neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk
berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu,
bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti
asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai
pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang
perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27.
Untuk
anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2).
Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada),
sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4).
Seperti dijelaskan dalam hadist bukhari dibawah ini bila
seseorang memelihara anak yatim :
(1) Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga
seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari
tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari)
(2) Surat Al Fajr ayat 17 “Sekali-kali
tidak (demikian). Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”
(3) Surat Adh Dhuhaa ayat 9 “Adapun terhadap anak
yatim maka janganlah kamu berlaku sewenag-wenang ”
(4) Al-Isra’ : 34, Al-Baqarah : 220, An-Nisa : 2, An-Nisa :
6
Untuk
fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan. Kalau tidak,
bahaya, cap kita adalah pendusta agama (5). Fakir miskin juga termasuk
kedalam golongan yang berhak menerima zakat pun harta rampasan perang dari umat
muslim (6).
Ada Dalam Al-Qur’an ayat berikut :
(5) Al Maun : 3
(6) Al Anam : 141, Al Baqarah : 177, Al
Anfaal : 41, Al Hasyr : 7
Perlu
ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang miskin adalah orang yang
tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk diberi
sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (7) .
Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama saat
tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti inilah yang berhak
terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i. dalam hadist buhari dan muslim
dijelaskan :
(7) Dari abu hurairah ra. ia berkata rasulullah saw bersabda;
"bukan dinamakan orang miskin, orang yang meminta-minta kemudian ia tidak
memperoleh sesuap dan dua suap makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah
butir kurma tapi yang dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat
mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berpikir untuk diberi sedekah dan ia
juga tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (HR Bukhari dan Muslim )
Meminta-minta didalam Islam sangatlah tidak dianjurkan.
Ia hanya pilihan untuk kondisi sangat genting. Kepepet kata orang kita. Karena
banyaknya keburukan yang didapat dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan
otomatis kehilangan keberkahan harta (8). Dan sesuai konteks, meminta
itu untuk menyelamatkan diri dari kondisi kepepet,maka harus sedikit saja.
Secukupnya untuk menutupi kekurangan yang ada, tidak boleh untuk memperkaya
diri, karena sama dengan meminta bara api (9). Untuk itu, dalam kondisi
yang melaratpun, umat Islam harus tetap berusaha mandiri dengan jalan halal.
Keringanan dengan jalan meminta-minta ini hanya diperbolehkan karena tiga
sebab, yaitu : Seperti Hadist No. (10)
-
pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan
meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudia ia mengekang dirinya
untuk tidak meminta-minta lagi;
-
kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh
meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,
-
yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana
diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia
diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak.
Dalam
hadist riwayat bukhari & muslim Dijelaskan ialah :
(8) Dari hakim bin hizam ra. ia berkata; saya meminta kepada rasulullah saw,
maka beliau memberi saya ; kemudian saya meminta lagi kepada beliau dan beliau
memberi saya lagi. kemudia beliau bersabda; " Hai hakim, sesungguhnya
harta itu memang manis dan mempesonakan. siapa saja mendapatkannya dengan
kemurahan jiwa, maka ia mendapatkan berkah, tetapi siapa saja mendapatkannya
dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah, ia bagaikan orang
yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas (yang
memberi , lebih baik daripada tangan dibawah ; hakim berkata; wahai rasulullah
, demi zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima
sesatu pun dari seseorang seduah pemberianmu ini sampai saya meninggal dunia (HR Bukhari dan Muslim )
(9) Dari abu hurairah ra ia berkata; rasulullah saw bersabda;
"siapa saja yang meminta- minta kepada sesama manusia dengan maksud untuk
memperbanyak harta kekayaan, maka sesusungguhnya ia meminta bara api; sehingga
terserah kepadanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya (HR Muslim )
Selain
tiga hal diatas, Rasul menyatakan usaha meminta-minta adalah haram.
Dari
pemaparan jalan yang ditawarkan Islam diatas jelas bahwa menurunkan Perda
Pelarangan Memberi Uang Kepada Pengemis, tidak bijak. Apalagi dengan tujuan
utama, kebersihan dan ketertiban. Si Penguasa sama dengan menzalimi
pengemis-pengemis dan gelandangan. Tapi terlebih dahulu, dia menzalimi diri
sendiri dengan menimbun gunugan dosa kezhaliman.
(10) Dari abu bisyr Qabishah bin al Mukhariq ra, ia berkata; saya adalah orang yang
menanggung beban amat berat, maka saya mendatangi rasulullah saw untuk meminta
bantuannya meringankan beban itu, kemudia beliau bersabda " tunggulah
sampai ada zakat yang datang ke sini, nanti akan aku suruh si amil (pengumpul
dan pembagi zakat) untuk memberi bagian kepadamu , kemudia beliau bersabda;
Wahai Qabishah , meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah satu
dari 3 sebab;
-
pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan
meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudian ia mengekang dirinya
untuk tidak meminta-minta lagi;
-
kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh
meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,
-
yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana
diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia
diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak,
wahai
Qabishah meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi adalah usaha yang haram
dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram (HR Muslim )